Umur Prabowo Sudah Berkepala 7, Bisakah Nyapres Kembali?

Usia tak pernah mengalahkan semangat sang rivalnya presiden Jokowi sepanjang masa. Sekalipun dulu pernah menjadi saingan berat, kini Probowo ikut andil bagian di Kabinet Indonesia Maju.

Namun setelah 2 kali kalah secara beruntun, ternyata Prabowo masih menaruh hati terhadap cita-citanya untuk menjadi seorang presiden.

Umur Prabowo yang sudah mencapai kepala 7 itu pun tak pernah ia jadikan sebagai halangan untuk kembali nyapres sebagai calon presiden ke-8.

Seperti yang kita tahu bahwa Prabowo Subianto memang memiliki intelektual dan kecerdasan yang begitu tinggi.

Jadi, sudah pasti beliau memiliki strategi tersendiri ketika hendak nyapres di usianya yang sudah masuk ke kategori senior tersebut.

Pernah Diteriaki “Tak Cocok Jadi Presiden”

Perjalanannya di dunia politik menuju orang nomor satu di Indonesia mendapatkan banyak sekali kecaman luar biasa dari berbagai macam pihak.

Tak hanya kali kemarin, juga pada tahun 2014 lalu saat pertama kali mencalonkan diri dan menjadi rival utama dari Jokowoi.

Ada sekelompok aktivitas HAM yang mengatakan bahwa Prabowo Subianto bukanlah kandidat yang cocok untuk mencalonkan diri sebagai presiden karena dugaan keterlibatannya dalam pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu.

Prabowo diduga sesagai salah seorang yang bertanggung jawab dalam hilangnya 13 orang aktivitas pro-demokrasi pada tahun 1997-1998.

Namun bak seperti batu sandungan yang kecil, Prabowo masih tetap maju dan mencalonkan dirinya menjadi seorang presiden kedua kalinya pada tahun 2019 lalu.

Lantas jika misalnya Prabowo kembali maju untuk nyapres di tahun 2024 nanti, apakah ia berhasil menghapuskan rasa penasarannya dan menjadi presiden RI ke-8 sejati?

Membawa Harapan Partai

Keinginannya untuk kembali maju sebagai presiden sebenarnya datang dari mandat kader, karena masih ada cita-cita partai yang belum terwujud. Pernyataan ini diamini oleh Muzani yang dikutip dari keterangan tertulis.

Muzani juga meminta agar seluruh pengurus partai yang bertugas di wilayah Sulsel agar mendukung upaya tersebut, dengan harapan mendapatkan suara kemenangan setidaknya mencapai angka 65%.

Namun target akan menjadi target, dan dunia demokrasi tidak bisa dihitung dengan begitu sederhana, karena melibatkan hajat orang banyak sebagai pemilihnya.